Perang antara Vietnam dan Kamboja merupakan salah satu konflik penting yang mengguncang Asia Tenggara pada akhir abad ke-20. Konflik ini berakar dari ketegangan politik dan ideologi yang terjadi setelah berakhirnya Perang Vietnam dan munculnya rezim Khmer Merah di Kamboja. Setelah Khmer Merah mengambil alih kekuasaan pada tahun 1975, negara ini menjalankan pemerintahan yang keras dan represif, menyebabkan jutaan kematian akibat genosida. Pemerintahan ini dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas kawasan, terutama oleh Vietnam yang berbatasan langsung.
Ketegangan antara kedua negara https://thesilit.com/id/ memuncak pada akhir 1970-an, ketika pasukan Vietnam melakukan invasi militer ke Kamboja pada tahun 1978. Invasi ini bertujuan untuk menggulingkan rezim Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot, yang selama ini menimbulkan ancaman baik secara politik maupun keamanan di perbatasan Vietnam. Pasukan Vietnam berhasil merebut ibu kota Phnom Penh dan mengakhiri rezim Khmer Merah yang brutal. Setelah itu, Vietnam mendirikan pemerintahan baru di Kamboja yang lebih bersahabat dengan Hanoi.
Konflik ini bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga mencerminkan pergeseran geopolitik di Asia Tenggara. Invasi Vietnam ke Kamboja memicu kecaman internasional dan menimbulkan ketegangan dengan negara-negara lain, termasuk China dan Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan di kawasan tersebut. Konflik ini juga menandai awal dari periode panjang ketidakstabilan dan perang saudara di Kamboja.
Meskipun pertempuran besar telah usai, dampak perang Vietnam-Kamboja masih terasa hingga kini dalam hubungan kedua negara dan perkembangan politik di Asia Tenggara. Konflik ini menjadi pelajaran penting mengenai konsekuensi intervensi militer dan kompleksitas perebutan kekuasaan dalam konteks geopolitik regional.